Saturday, 27 November 2010

Participatory Culture (Budaya Partisipatif)




Ada macam-macam budaya, diantaranya adalah :


  1. Budaya adaptif. Visi jangan ekslusif. Visi harus menjadi materi yang paling utama dibagikan dan dipahami oleh semua pihak. Visi yang adaptif diresponi secara antusias dan ada kerelaan semua pihak untuk terlibat di dalamnya. Dalam pengertian ini, resistensi hampir tidak mungkin terjadi. kita dapat membayangkan istilah “Ada Udang di Balik Batu” dikaitkan dengan visi yang terselubung; mungkin saja dalam suatu misi banyak orang akan terlibat, tetapi apa yang akan terjadi ketika keterlibatan itu menyingkapkan sesuatu yang terselubung. Ini adalah penipuan! Misi tidak akan pernah maksimal tanpa jabaran yang adaptif, berbudaya dan bermartabat.
  2. Budaya misi. Berarti melibatkan hampir semua sektor, termasuk sumber daya manusia ke dalam tim. Dalam budaya misi semua pihak diarahkan kepada suatu fokus yang jelas; yang di dalamnya melibatkan sistem, strategi, kekuatan yang terkolaborasi. Dalam budaya misi, tidak ada orang yang hebat atau orang yang tidak berguna. Mengapa banyak organisasi yang tidak bertahan dan hancur sebelum berkarya? Karena tidak memiliki budaya misi yang baik! Budaya misi harus mengakui dan menghargai tim sebagai kekuatan yang solid.
  3. Budaya partisifatif. Penyebab utama kegagalan suatu organisasi terletak pada model manajemen partisipasi yang tidak profesional. Identifikasi ini sering diabaikan. Sebaliknya, penentu utama kesuksesan suatu organisasi bukan terletak pada ‘brand’ yang ekselen dan dana yang melimpah, tetapi pada produk yang berkaitan dengan konsumen. Seperti dikatakan oleh John Doerr, “Dalam dunia masa kini, teknologi tersedia berlimpah, entrepreneur berlimpah, demikian juga dana dan modal ventura yang berlimpah. Yang kurang adalah tim yang tangguh”. Dalam manajemen partisipasi, berbagai pihak adalah mitra dan motor penggerak sistem partisipatoris yang diterapkan dalam organisasi. Dalam budaya partisipatif, partisipan dilibatkan untuk melihat secara menyeluruh suatu misi berdasarkan visi yang sah, bukan secara sempit berdasarkan ide-ide yang ambisius dan individual. Idealnya, dalam budaya partisipatif, setiap kebijaksanaan harus memperhatikan banyak kepentingan dan menyertakan semua pihak di dalamnya. Memang, semua orang bisa bekerja dengan baik jika ia mengerjakan hal-hal kecil menurut keterampilannya dan terfokus, tetapi metode ini bukan budaya partisipatif. Partisipasi, sekecil dan sesederhana apapun adalah wujud keterlibatan dalam mengemban misi untuk menggapai visi.
  4. Budaya konsisten. Konsisten berarti teguh pada pendirian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan konsekuensi yang telah menjadi persepsi awal. Dalam budaya ini tidak ada karakter plin-plan atau bekerja berdasarkan mood. Visi tidak sama dengan mood atau ide-ide instan. Visi adalah standard untuk suatu tindakkan. Kegiatan dan kebijaksanaan mungkin saja terganggu dan mengendor karena berbagai faktor, tetapi visi harus konsiten. Visi menjadi tidak konsisten karena tidak pernah dijabarkan secara jelas, tidak adaptif, tidak praktis, tidak partisipatif dan kegagalan dalam menganalisa konsekuensi logis dari visi itu sendiri.

No comments:

Post a Comment